Kehilangan Sahabat *Seorang Teman Yang Sesungguhnya
* Memiliki seorang sahabat adalah impian bagi semua orang, setidaknya,
begitulah yang seringkali ku dengar dari mereka. Berbeda dengan teman
biasa, seorang sahabat adalah dia yang benar-benar istimewa, yang sering
kali keistimewaannya itu tak kita sadari hingga kita tak pernah tau
mana yang benar-benar seorang sahabat, dan mana yang hanya seorang
penjilat.

Sahabat adalah ia yang mampu membuat
kita merasa nyaman, dan merasa tak sungkan untuk mengekspresikan diri
kita, hingga melakukan hal-hal yang konyol. Kita dan sahabat mungkin tak
selalu kompak, namun kita sama-sama saling mencoba untuk mengimbangi
satu sama lain. Dan sahabat adalah seorang teman terakhir yang masih
sudi berada di sebelahmu saat yang lain meninggalkanmu karena kamu sudah
tak punya apa-apa lagi.
Kehilangan Seorang Sabahat
Sering kali, apa yang membuat sahabat
pergi adalah karena sikap egois yang ada dalam diri kita. Kadang memang
ia tak sepaham denganmu, tak jarang ia sangat cerewet untuk
menasehatimu. Kamu mungkin akan merasa jengkel, dan risih saat ia
bersikap demikian. Tapi percayalah, ia bersikap demikian karena ia
peduli padamu. Terkadang pula kita tak memikirkan perasaannya yang
mungkin sudah lelah dengan sikap kita.
Hingga nanti tiba saat dimana sikapnya
mulai berubah, dan perlahan mulai meninggalkanmu. Ya, ketika seorang
teman yang sebelumnya cerewet mendadak mulai diam, itu adalah pertanda
bahwa kamu akan kehilangan seorang sahabat, kehilangan seorang teman
yang sesungguhnya, kehilangan orang yang peduli dengan hidupmu.
—————————- * * —————————-
Aku pernah mempunyai seorang sahabat,
beberapa tahun lalu. Entah bagaimana kami bisa sangat akrab saat itu,
padahal perkenalan kami baru beberapa hari sebelumnya. Kami berbagi
tentang berbagai hal, cerita, dan kami hampir selalu bersama dalam semua
keadaan, melakukan hal-hal jahil, dan beberapa kenakalan lainnya.
Ya, kami sudah melalui masa-masa senang
dan sulit bersama, tak hanya dalam hal permainan, tetapi juga dalam
kehidupan sehari-hari. Dia memang agak sedikit egois, dan aku sering
kali menjadi korban ke-egoisannya. Kami beberapa kali berselisih paham
karena hal itu, namun kemudian kami selalu kembali akur. Hingga, datang
diantara kami seorang “teman” baru.
Awalnya kami dapat menerima kehadiran
dari teman baru ini, dan kamipun jadi sering bermain bersama. Namun
nampaknya, teman baru ini punya maksud lain, dan ia nampak berusaha
menjauhkanku dengan sahabatku. Memang, sahabatku ini bisa dibilang
merupakan anak dari orang berada, meski ia tak menunjukkannya pada orang
banyak. Jadi kurasa sangat wajar jika ada orang yang punya maksud lain
untuk mendekatinya.
Ia nampak berhasil mendikte sahabatku,
membuatnya berubah sikap, dan belakangan baru ku ketahui bahwa teman
baru ini berkata pada sahabatku bahwa aku menyukai teman wanitanya.
Untunglah, sahabatku tak terlalu mempercayainya dan menanyakannya
langsung padaku. Dan tentu saja dia lebih percaya padaku karena selama
ini akulah orang yang selalu memberikan jalan tengah ketika ia dan teman
wanitanya sedang tak akur.
Namun orang ketiga ini nampaknya tak
menyerah begitu saja. Entah apalagi yang dikatakannya pada sahabatku,
hingga ia mulai benar-benar berubah sikap. Dan hari itu, ia nampak marah
padaku tanpa sebab yang jelas. Dan selanjutnya, mereka lebih sering
bersikap seolah aku ini bukan teman mereka.
Cukup..!! Aku sudah tak tahan dengan
sikapnya, dan memutuskan untuk pergi, meninggalkan sahabatku dengan
“teman” barunya. Aku baru tau bahwa ternyata temannya ini hanyalah
seorang penjilat yang ingin memanfaatkan sahabatku, atau sekarang bisa
ku sebut sebagai mantan sahabat karena aku tak mau peduli lagi. Dia
nampak senang bersama teman barunya, dan sepertinya temannya itu merasa
sudah menang karena beberapa kali ia nampak meledekku, dibelakang mantan
sahabatku.
Apakah aku bersedih dengan keadaan itu?
Awalnya, iya. Tapi kemudian aku sadar, mungkin memang ini yang terbaik
buatku. Toh dengan ini, aku jadi tak perlu lagi menghadapi keegoisannya
yang sering membuatku lelah. Seiring berjalannya waktu, akupun menemukan
teman baru, beberapa teman baru lebih tepatnya. Tidak kaya, tapi aku
tau mereka semua tulus. Beberapa bulan berlalu, aku dan teman-teman
baruku semakin akrab.
No comments
Post a Comment